Kisah Dua Sahabat: Dewa dan Cacing
Di sebuah desa yang damai, hiduplah dua sahabat karib yang sangat dekat. Mereka selalu bersama, melewati suka dan duka bersama. Namun, waktu berlalu dan akhirnya mereka meninggal dunia. Takdir membawa mereka ke jalan yang berbeda setelah kematian.
Salah satu dari sahabat ini terlahir kembali sebagai dewa di surga yang indah. Di surga, dia merasakan kebahagiaan yang tiada tara, namun ada satu hal yang membuatnya sedih: dia merindukan sahabat karibnya. Dengan penuh rasa ingin tahu, dia mulai mencari temannya di seluruh penjuru surga, namun tidak menemukannya.
Dengan kekuatan ilahinya, sang dewa memutuskan untuk mencari sahabatnya di dunia manusia. Dia menyisir setiap sudut bumi, tapi sahabatnya tetap tidak ditemukan. Tidak putus asa, dia mulai mencari di alam hewan, tetapi tetap tidak ada tanda-tanda.
Akhirnya, sang dewa memutuskan untuk mencari di tempat yang paling tidak mungkin: dunia serangga dan jasad renik. Betapa terkejutnya dia ketika menemukan sahabatnya telah terlahir kembali sebagai seekor cacing di seonggok kotoran yang menjijikkan!
Ikatan persahabatan mereka begitu kuat sehingga sang dewa merasa harus membebaskan temannya dari kehidupan yang mengenaskan itu. Dia muncul di depan gundukan kotoran dan memanggil, "Hai, cacing! Ingatkah kau padaku? Kita adalah sahabat karib di kehidupan sebelumnya. Aku terlahir kembali di surga yang indah, sementara kau di sini. Tapi jangan khawatir, aku akan membawamu ke surga. Ayo, ikutlah denganku!"
Si cacing menjawab dengan tenang, "Apa hebatnya surga yang kau ceritakan itu? Aku sangat bahagia di sini, dengan kotoran yang wangi, nikmat, dan lezat ini. Terima kasih banyak, tapi aku tidak mau pergi."
Sang dewa mencoba meyakinkannya, melukiskan betapa menyenangkannya surga dengan segala kenikmatannya. Namun, si cacing tetap tidak tertarik. "Apakah di surga ada kotoran?" tanyanya.
"Tentu saja tidak ada!" jawab sang dewa.
"Kalau begitu, aku tidak mau pergi!" balas si cacing, lalu kembali membenamkan diri ke dalam kotoran.
Sang dewa berpikir bahwa mungkin si cacing akan mengerti jika dia melihat surga dengan mata kepalanya sendiri. Dengan hati-hati, dia menjulurkan tangannya ke dalam kotoran dan mencari si cacing. Begitu ketemu, dia mencoba menariknya keluar.
Namun, si cacing berteriak, "Jangan ganggu aku! Tolong! Aku diculik!" Dia menggeliat dan meronta sampai akhirnya terlepas dan kembali ke dalam kotoran.
Sang dewa yang baik hati tidak menyerah. Dia mencoba lagi berkali-kali, namun setiap kali dia menarik si cacing, makhluk kecil itu terus meloloskan diri, bersembunyi lebih dalam lagi ke dalam kotoran.
Setelah beberapa kali mencoba tanpa hasil, sang dewa akhirnya menyerah. Dia kembali ke surga, meninggalkan sahabatnya yang tetap setia pada kotoran kesayangannya.
"Jangan-jangan mereka tidak ingin bahagia, karena mereka maunya begitu, melekat pada kesulitan"
Comments0